Saat rumah kita sedang mati lampu di siang bolong, atau
sedang terjebak kemacetan di jalan, atau sedang bosan menunggu giliran
bimbingan skripsi di kampus, kita akan menganggap kota kita adalah kota paling
panas di dunia. Sehingga kita ingin cepat-cepat ke kantin dan menyeruput es teh
manis yang segar. Tapi, benarkah kota kita adalah kota terpanas di dunia?
Dimanakah tempat yang paling panas di muka bumi ini?
Berdasarkan tayangan dari kanal Kokbisa, tempat terpanas di
dunia bukanlah Death Valley di Amerika Serikat, bukan juga Gurun Sahara di
utara benua Afrika, melainkan Gurun Lut di Irak. Permukaan gurun tersebut
sangat kering sehingga hewan gurun maupun tumbuhan gurun tidak sanggup bertahan
hidup. Suhu tertinggi yang pernah tercatat di gurun tersebut adalah 70,7
derajat Celcius. Panas sekali, tentunya kita pasti bisa menceplok telur mata
sapi disana.
Foto gurun lut dari nationalgeographic.co.id
Faktor yang mempengaruhi gurun tersebut menjadi sangat panas
yaitu curah hujan yang sangat sedikit. Jadinya, permukaan tanahnya kering
sehingga tumbuhan yang ingin tumbuh disana tidak mendapatkan persediaan air
yang cukup. Kemudian, permukaan tanah Gurun Lut warnanya gelap dan banyak
batu-batuan disana. Kedua faktor itu mengakibatkan panas sinar matahari yang
menyinari diserap oleh gurun namun tidak semuanya terpantul kembali. Sehingga
permukaan tanahnya menyimpan panas lebih banyak dari permukaan tanah di daerah
lain di muka bumi.
Kemudian pertanyaannya, bagaimana kita tahu Gurun Lut tempat
paling panas di dunia sedangkan manusia nggak sanggup datang kesana untuk
meneliti karena suhunya yang ekstrim?
Sekarang zaman sudah canggih. Manusia sekarang menggunakan
teknologi yang canggih untuk mengukur suhu permukaan bumi, yaitu dengan
satelit. Satelit yang dikirim saintis ke luar atmosfer bumi akan memindai atau
scanning permukaan bumi dan mengukur suhunya dengan bantuan sinar inframerah.
Barulah akhirnya peneliti bisa mengetahui suhu permukaan tanah di bumi dengan
peta yang disajikan oleh satelit. Tidak hanya suhu, dengan satelit pun peneliti
bisa mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah.
Mungkin kita pernah melihat peta dengan warna-warna yang
membagi daerah-daerah tertentu, grafik-grafik, serta pergerakan-pergerakan awan
pada tayangan prakiraan cuaca di televisi, yang tentunya tidak bisa dimengerti
semua orang. Bisa dikatakan, mirip seperti itulah cara kerjanya.
Teknologi, semakin hari semakin berkembang. Begitu juga
seharusnya dengan kita. Kita harus terus mengembangkan pengetahuan kita,
berbagi apa yang sudah kita ketahui agar hidup lebih bermakna. Dan sekian, terima
kasih.
0 comments:
Post a Comment