Sunday, February 19, 2017

Gimana Kita Bisa Tahu Seseorang Berbohong?

Mungkin kita pernah menanyakan kabar seseorang kerabat, kemudian menerima jawaban baik-baik saja. Akan tetapi, sebenarnya bisa jadi dia sedang patah hati atau patah kaki dan sedang dirawat di rumah sakit. Mungkin juga kita pernah menelepon seseorang namun tidak diangkat-angkat. Dua jam kemudian kita mendapat respon darinya via pesan teks bahwa baterai ponselnya sedang mati.

Kebohongan adalah hal yang lazimnya kita hadapi sehari-hari. Bahkan dalam sehari, tanpa kita sadari kita menemukan kebohongan satu, dua, sepuluh, hingga 200 kali saat berinteraksi dengan orang lain. Banyak teknik yang dapat mendeteksi kebohongan, mulai dari alat torturing, monitor tekanan darah dan pernapasan, alat pendeteksi tekanan suara hingga scanner otak menggunakan infra merah. Akan tetapi, alat-alat canggih tersebut masih saja bisa dibohongi. Bahkan bisa membohongi badan hukum tertinggi sekalipun.

Lalu, bagaimana kita bisa tahu kalau seseorang sebenarnya sedang berbohong kepada kita? Mungkin saja, alat-alat diatas tidak dapat dijangkau oleh kebanyakan orang. Namun, sebenarnya ada cara yang lebih simpel namun harus sering dipelajari secara mendalam, yaitu dengan ilmu berkomunikasi.
Jika kita mau jujur dengan diri kita sendiri, kita pernah berbohong kepada orang lain tentang diri kita sendiri. Mengapa? Karena kita lebih menginginkan kalau orang lain tahu bahwa kita adalah orang yang sesuai dengan harapan kita sendiri daripada sifat nyatanya kita. Misalnya, kita mengharapkan orang lain tahu kalau kita adalah orang yang jujur dan telah berpengalaman dalam suatu urusan. Maka kita akan mengatakan kepada orang tersebut dengan bahasa kita berkomunikasi bahwa kita adalah orang yang demikian. Namun, nyatanya, pengalaman kita belumlah banyak yang kita harapkan. Otak kita sebenarnya lebih banyak berisi tentang impian kita sebagai siapakah kita daripada realita siapa kita sebenarnya.

credit photo: wikihow.com

Lalu, bagaimana kita bisa mendeteksi seseorang yang berbohong dengan berkomunikasi ini?
Berdasarkan pengamatan realita, ekspektasi kita terhadap diri kita sendiri berbeda dengan keadaan realitanya. Jadi, bisa disimpulkan, jika kita diajak berbicara tentang pribadi kita, kita akan menggunakan bahasa kita dengan menambahkan susunan gaya bahasa tertentu yang hanya diketahui maksud sebenarnya dengan memperhatikan caranya berbicara atau berkomunikasi dengan kita. Dan tentu saja, hal itu membutuhkan energi dan waktu ekstra untuk membicarakannya dihadapan orang lain. Ya, karena tentang pribadi kita sendiri. Pada dasarnya, kita mencemaskan opini orang lain terhadap kita.

Seperti yang dikatakan Noah Zandan pada tayangan TED-Ed, sebuah teknik yang dinamakan Lingustic Text Analysis, atau analisis teks linguistik dapat membantu kita mengidentifikasi beberapa pola gaya bahasa yang dapat menentukan apakah seseorang sedang berbohong atau tidak.
Pertama, pembohong biasanya berusaha menyatakan bahwa dia tidak menipu dengan menceritakan sesuatu yang sebisa mungkin tidak dikait-kaitkan dengan dia. Dia akan membicarakan orang lain dan orang lain dan menggunakan tokoh orang ketiga untuk membuat orang lain percaya jika dia tidak termasuk dalam orang-orang yang diceritakannya. Akan tetapi, apa yang diceritakannya akan terdengar ganjil jika dia menceritakannya dengan terlalu detil. Padahal dia mengaku tidak ikut dalam cerita tersebut.

Kedua, pembohong akan berusaha mengatakan sesuatu yang terdengar negatif. Maksudnya, ketika seseorang tahu bahwa dia berbohong, maka ia akan merasa bersalah karena telah mengatakan kebohongan, tapi tetap menyembunyikannya, dan mengalihkan pembicaraannya dengan kita dengan kata maaf atau keluhan tertentu. Misalnya dengan berkata maaf lama membalas pesan karena baterai ponsel yang habis, padahal sebenarnya ia hanya malas menanggapi pesan yang diterimanya.

Lalu yang ketiga, pembohong lebih suka menceritakan suatu peristiwa dengan alur penjelasan yang sederhana. Karena, otak manusia lebih mudah mencerna cerita yang sederhana dibandingkan cerita asli yang selengkapnya. Akan tetapi, walaupun alur yang diceritakan sederhana, dia akan menceritakannya dengan bahasa yang panjang bahkan berbelit-belit kepada kita. Tak jarang para pembohong menggunakan penekanan kata-kata tertentu pada kalimat yang diucapkan yang mungkin bermakna sebaliknya.

Namun dari semuanya, kebanyakan kebohongan yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah kebohongan yang serius sekali hingga bisa mengurangi kepercayaan kita kepada orang lain secara drastis. Tetapi, jika kita bisa mengidentifikasinya, maka kita tidak akan mudah dibohongi dengan cerita orang lain. Tidak perlu menuduh cerita seseorang hanyalah fiktif belaka, tetapi tetap rileks saja mendengarkan dan kita bisa menilai sendiri dengan sejumput ilmu berkomunikasi kita apakah yang dikatakannya fakta atau bukan. Silahkan dicoba dan mencoba mengidentifikasi cerita temanmu dan terima kasih telah membaca penjelasan ini.

0 comments: