Thursday, August 17, 2017

Apa Itu “To Be”?

Buat yang familiar dengan Bahasa Inggris pasti sudah tahu apa itu “to be”. Ya, kalau ditanya apa itu “to be” pasti jawabannya nggak lain nggak bukan adalah is, am, dan are. Namun, apakah to be hanya itu saja? Apa sebenarnya “to be” itu?



To be adalah auxilary verb atau kata kerja bantu yang biasanya digunakan pada kalimat dalam bentuk nomina. Sebutan “to be” sebenarnya berasal dari bentuk dasar dari kata kerja bentuk to infinitivebe”. Kalau kita melihat kamus dan menemukan ada sebentuk tabel yang menunjukkan perubahan-perubahan kata kerja dalam Bahasa Inggris, kita akan melihat sederetan kata kerja dengan bentuk to infinitive seperti to finish, to buy, to eat, dan lain-lain. Salah satunya, mungkin di deretan paling atas letaknya sesuai urutan abjad, adalah to be sebagai to infinitive form, be sebagai simple form atau yang kita kenal dengan verb pertama, was dan were sebagai simple past form atau yang kita kenal dengan istilah verb kedua, dan been sebagai past participle atau kita kenal dengan istilah verb ketiga.




Auxilary verb to be digunakan pada kalimat-kalimat nomina, yaitu kalimat yang tidak mengandung kata kerja seperti memasak, mencuci, menjahit, berjalan, berlari, menangis dan lain-lain. To be digunakan bila objek di dalam kalimatnya adalah kata benda atau kata sifat. Selain itu, to be sering diartikan sebagai “adalah” dalam Bahasa Indonesia, dalam pengertian penunjuk identitas kata benda yang akan dijelaskan setelah to be.

To be dalam Bahasa Inggris terbagi atas dua jenis waktu. Dalam bentuk Present Tense, kita mengenal is, am, dan are sebagai to be. Dalam bentuk Past Tense, kita mengenal was dan were sebagai to be. Penggunaan to be dalam kalimat juga tergantung dengan subjek dalam kata ganti orang atau pronoun.

Contoh penggunaan
to be dalam bentuk kalimat nomina yang simpel adalah:

I am a student
Saya adalah seorang siswa

You are a teacher
Anda adalah seorang guru

They are
good friends
Mereka adalah teman yang baik

We are English students
Kita adalah siswa Bahasa Inggris

He is a professor
Dia adalah seorang guru besar

She is beautiful
Dia cantik

It is a cat
Itu adalah seekor kucing

Jika memperhatikan contoh diatas, a student, a teacher, good friends, English students, a professor dan a cat semuanya adalah kata benda yang menunjukkan identitas. Sedangkan  beautiful merupakan kata sifat. Selain itu contoh diatas juga merupakan contoh kalimat dalam simple present tense. Kita dapat melihat bila to be yang ada diantara subjek dan objek berupa kata benda dan kata sifat tersebut merupakan kata kerja bantu yang dapat melengkapi kalimat.

Lalu bagaimana dengan yang dalam bentuk past tense? Perhatikan contoh ini.

I was a kid
Saya adalah anak-anak
Maknanya: Sekarang sudah dewasa

You were young
Anda muda
Maknanya: Sekarang sudah tidak muda lagi

They were bad guys
Mereka adalah orang jahat
Maknanya: Sekarang bukan orang jahat lagi

We were stupid
Kita bodoh
Maknanya: Sekarang nggak bodoh lagi, udah banyak belajar

He was sick
Dia sakit
Maknanya: Sekarang dia sudah sembuh

She was here
Dia disini
Maknanya: Sekarang dia sudah pergi

It was fun
Itu menyenangkan
Maknanya: Kemarin menyenangkannya, sekarang sudah biasa saja

Jika kita perhatikan, a kid dan bad guys adalah kata benda. Kemudian, young, stupid, sick, dan nice adalah kata sifat. Yang terakhir, here adalah sebuah kata tunjuk yang berarti “disini”. Karena was dan were merupakan auxilary verbs untuk Past Tenses atau tenses masa lampau, maka makna kalimat yang dijelaskan dengan fakta yang sekarang adalah kebalikannya.

Fungsi to be bisa dikatakan mirip dengan fungsi verb atau kata kerja dalam kalimat. Sebuah kalimat utuh membutuhkan predikat. Dengan pola yang mirip dengan Bahasa Indonesia, subjek – predikat – objek, to be menjadi predikat dalam kalimat ketika kalimat itu tidak mengandung kata kerja atau verb. Oleh karena itu, to be menjadi auxilary verb atau kata kerja bantu dalam kalimat nomina berbahasa Inggris.



Bagaimana? Kira-kira sudah bisa membuat kalimat simpel dalam Bahasa Inggris menggunakan to be?

Yang Benar Itu AM, a.m., PM, Atau p.m.?

Apaan AM dan PM itu? Mungkin dalam penulisan waktu dalam Bahasa Indonesia kita tidak menemukannya. Akan tetapi, dalam penulisan waktu dalam Bahasa Inggris, kita akan menemukan penulisan waktu seperti ini. Bagi yang familiar dengan penggunaan jam di ponsel, mungkin sebagian dari kita ada yang mengeset waktu di ponselnya dengan format 12 jam, tetapi tidak terlalu memperhatikan AM dan PM yang terletak dibelakang bilangan angka yang menunjukkan jamnya.

Jadi, apakah AM dan PM itu?



AM adalah singkatan dari Ante Meridiem, yaitu format  penunjuk waktu 12 jam, dari jam 00.00 malam sampai jam 11.59 siang. Ante meridiem sendiri artinya adalah before noon alias sebelum tengah hari. Tengah hari dalam format waktu 12 jam adalah jam 12 siang teng.

Sementara itu, PM adalah singkatan dari Post Meridiem, yaitu format penunjuk waktu 12 jam, dari jam 12.00 siang sampai jam 23.59 malam. Post meridiem artinya after noon atau setelah tengah hari.

Dalam penulisan yang sesuai dengan kaidah gramatikal Bahasa Inggris, penulisan AM dan PM menggunakan huruf kecil a, p, dan m yang dipisah dan diakhiri dengan tanda titik (.). Kemudian, angka yang digunakan sebagai penunjuk jam juga hanya dari 1 sampai 12. Bila jam masih menunjukkan angka satuan seperti angka 1 sampai 9, maka penulisan angkanya langsung ditulis saja tanpa dipasangkan dengan angka nol (0) di depannya. Yang terakhir, untuk memisahkan penunjuk angka jam dan angka menit, gunakan tanda titik dua (:).

Contohnya:
Pukul 5 pagi = 5:00 a.m.
Pukul 2 dini hari =
 2:00 a.m
Pukul 3 lewat 15 menit dini hari = 3:15 a.m.
Pukul 9 lewat 30 menit pagi = 9:30 a.m.
Pukul 11 lewat 59 menit siang = 11:59 a.m.
Pukul 12 tengah malam = 12.00 a.m.
Pukul setengah 1 malam = 12:30 a.m.
Pukul 5 sore = 5:00 p.m.
Pukul 3 lewat 45 menit siang hari = 3:45 p.m.
Pukul 6 lewat 15 menit petang hari = 6:15 p.m.
Pukul 8 lewat 30 menit malam = 8:30 p.m.
Pukul 11 lewat 59 menit malam =11:59 p.m.
Pukul 12 siang = 12:00 p.m.
Pukul setengah 1 siang = 12:30 p.m.

Dari contoh-contoh penulisan jam diatas, kita bisa lihat kalau penulisan jam tidak ada yang menggunakan angka 13, 14, 15, dan seterusnya untuk penunjuk jam 1, 2, 3 dan seterusnya. Dari contoh diatas juga kita bisa lihat tidak ada penulisan jam 00:00 dalam penulisan format 12 jam, melainkan ditulis dengan 12:00 a.m.. Selain itu, jam 11:59 p.m. adalah jam 11 lewat 59 menit di malam hari, alias satu menit sebelum tengah malam. Sementara itu, penulisan jam 12:00 p.m. artinya jam 12 siang. Begitu juga sebaliknya, jam 11:59 a.m. adalah jam 11 lewat 59 menit di siang hari, alias satu menit sebelum jam 12 siang bolong. Penulisan jam 12 malam teng adalah 12:00 a.m.

AM, a.m., PM, atau p.m.?

Jika kita melihat perkembangan cara penulisan format waktu 12 jam, kita juga sering melihat format 12 jam yang diketik dalam huruf kapital. Sebenarnya, yang benar adalah menggunakan huruf kapital yang ukurannya diperkecil. Contohnya:

Pukul 12 tengah malam = 12.00 AM
Pukul setengah 1 malam = 12:30 AM
Pukul 5 sore = 5:00 PM
Pukul 3 lewat 45 menit siang hari = 3:45 PM

Pukul 3 lewat 45 menit siang hari = 3:45 PM
Yang benar PM dengan ukuran diperkecil (small caps) atau p.m.



Bagaimana? Sudah tahu penulisan dan perbedaannya? Coba tulis jam berapa ini di dalam buku tulismu.

Friday, August 11, 2017

Suffix “-s” dan “-es” Pada Plural Countable Noun

Suffix? Plural Countable Noun? Apaan itu? Makhluk apa itu? Pastinya akan ada yang bertanya seperti itu jika dihadapkan dengan istilah seperti judul diatas. Ya, bagi yang nggak familiar dengan istilah bahasa Inggris, pasti akan bingung dan bertanya-tanya. Kalau nggak bertanya setidaknya dalam hati, berarti antara dua, sudah mengerti atau nggak minta sama sekali dengan Bahasa Inggris. Hihihi...



Bahasan kali ini adalah tentang gimana caranya kita menggunakan akhiran “-s” dan “-es”  di belakang noun atau kata benda. Root atau kata dasar dari sebuah noun dalam Bahasa Inggris biasanya hanya menunjukkan bahwa jumlahnya satu, tidak lebih. Apalagi kalau sudah makin diperjelas dengan artikel “a” atau “an” di depan noun-nya. Contohnya kayak dibawah ini.

An apple
An egg
A book
A car
A pencil
A box
A table
A trophy

Dari makna gramatikalnya, semua kata benda diatas hanya  berjumlah satu. Tidak lebih.

Jadi gimana kalau jumlah apelnya ada dua? Jumlah telurnya ada tiga? Atau jumlah bukunya ada 1000? Yang pasti, jumlah bukunya ada 1000 itu pasti milik perpustakaan, atau orang yang suka membaca buku. Hehehe.

Balik ke bahasan.

Contoh diatas itu semuanya adalah singular noun alias kata benda yang tunggal, atau jumlah bendanya cuma satu. Untuk membuat noun menjadi jamak atau plural, kita perlu menambahkan akhiran “-s” atau “-es” dibelakang noun. Nah, perlu diingat kalau noun yang bisa dijadikan ke bentuk jamak (plural) adalah countable noun alias kata benda yang bisa dihitung satu-satu, seperti apel, mobil, buku, pensil, meja, kursi, kotak dan lain-lain. Kata benda seperti uang, gula, garam, rambut itu termasuk golongan noun yang tidak dapat dihitung jumlahnya alias uncountable noun. Uncountable noun selalu dianggap berjumlah satu.

Oke, sekarang kita coba mengubah sederetan contoh kata benda diatas menjadi bentuk jamak.

Apple à  Some apples
Egg à  Some eggs
Book à  Two books
Car à Three cars
Pencil à Five pencils
Box à Three boxes
Table à Two tables
Trophy à Two thropies

Jika kita perhatikan, ada perbedaan yang terjadi saat deretan contoh noun tadi dijamakkan. Ada yang ujung katanya cukup memakai “-s” ada juga yang ujung katanya memakai “-es”. Kenapa bisa begitu? Disini muncul aturan kapan kita menggunakan “-s” dan kapan kita menggunakan “-es”.

Jika kita ingin menjadikan sebuah noun menjadi bentuk plural, maka kita hanya cukup menambahkan suffix “-s” saja. Akan tetapi, akan berbeda kejadiannya jika huruf belakangnya X, F, S, O, Y, dua huruf SH, dan dua huruf CH. Jika sebuah noun diakhiri dengan huruf-huruf yang disebutkan tadi, maka untuk menjadikan noun-nya bentuk jamak, harus ditambahkan “-es” dengan aturan dibawah ini:

1. Noun diakhiri huruf X, O dan dua huruf SH dan CH.
Kalau noun-nya berakhir dengan huruf X, O, dua huruf SH dan CH, maka wajib memakai “-es” dibelakang noun untuk menjadikannya ke bentuk plural. Contohnya:
Akhiran X:
A fox à Foxes
A box à Boxes

Akhiran O:
A tomato à Tomatoes
A potato à Potatoes

Akhiran dua huruf SH:
A wish à Wishes
A dish à Dishes

Akhiran dua huruf CH:
A watch à Watches
A church à Churches

2. Noun diakhiri dengan huruf S.
Kalau noun-nya berakhir dengan huruf S, untuk menjadikannya ke bentuk plural harus dengan akhiran “-es”. Akan tetapi, aturannya harus ditambah huruf S ekstra setelah kata dasar noun-nya, kemudian baru ditambah “-es” nya. Contohnya:
Akhiran S:
A bus à Busses

3. Noun diakhiri dengan huruf F.
Kalau noun-nya berakhir dengan huruf F, maka wajib ditambah “-es” untuk menjadikannya plural, tetapi dengan aturan huruf F diganti dengan V, kemudian ditambahkan “-es”. Contohnya:
A knife à Knives
A thief à Thieves
A leaf à Leaves
A dwarf à Dwarves

4. Noun diakhiri dengan huruf Y.
Kalau noun-nya berakhir dengan huruf Y, maka wajib pakai “-es” dibelakangnya untuk menjadikannya plural. Akan tetapi, ada aturannya. Huruf Y diubah menjadi huruf I, kemudian ditambah “-es” di belakangnya. Contohnya:
A trophy à Trophies
A property à Properties
A firefly à Fireflies
A butterfly à Butterflies

Akan tetapi, tetap ada pengecualian dalam penambahan “-es” ini walaupun sudah ditentukan caranya. Dalam beberapa kasus, noun yang berakhiran dengan huruf O dan Y bisa cukup ditambahkan “-s” saja.

1. Pengecualian noun yang diakhiri huruf O.
Beberapa noun yang berakhiran huruf O seperti foto dan radio tidak menggunakan akhiran “-es” tetapi langsung ditambahkan “-s” saja dibelakang kata untuk menjadikannya ke bentuk plural.
A photo à Photos
A radio à Radios

2. Pengecualian noun yang diakhiri huruf Y.
Beberapa noun yang berakhiran dengan huruf Y juga langsung ditambahkan “-s” saja, dengan syarat huruf sebelum Y adalah huruf vokal a, u, o.
A day à Days
A guy à Guys
A boy à Boys
A gay à Gays

Bagaimana? Mudah dimengerti aturannya tidak? Ribet ya? Ya, memang awalnya ribet, tetapi jika kita belajar pelan-pelan dan serius, aturan ini bisa kita mengerti dalam kurang dari dua jam. Selamat belajar!

Wednesday, August 09, 2017

Pengalaman Menjadi Guru





“Hello! My name is Sari. You can call me Miss Sari!”

Begitulah caraku memperkenalkan diri kepada anak-anak didikku di depan kelas. Mau mereka masih SD, atau sudah SMP atau malah sudah SMK yang nyaris tamat. Mereka menanggapiku dengan antusias di menit-menit pertama. Namun, setelah jam pelajaran berlalu 20 menit, mereka mulai bosan dan mengacuhkan aku.

“Oh, god! Saya dicuekin!”

Bila bercerita pengalaman menjadi guru, rasanya mungkin tidak ada habis-habisnya. Mulai dari pengalaman mengajar siswa ecek-ecek di kelas Microteaching saat masih di kampus, hingga akhirnya dilepas ke sebuah Madrasah Aliyah Negeri tempat Program Pengalaman Lapangan. Banyak hal yang kupelajari di sekolah tempatku PPL, dari hal yang menyenangkan sampai hal yang membuatku berhenti untuk menjadi guru.

Saat PPL, aku mendapatkan tugas untuk mengajar hampir semua kelas yang dipegang oleh guru pamong atau guru asuhku. Enam belas jam seminggu! Dari kelas jurusan IPA yang anak-anaknya serius-sunyi-senyap sampai kelas jurusan IPS yang amburadul-nggak-tau-bilang-gimana. Aku bersyukur kelas yang ditugaskan denganku masih satu level, sehingga aku tidak perlu repot-repot memikirkan dua bahan materi ajar per minggu. Satu bahan materi ajar per minggu saja sudah repot, waktu itu. Hahaha.

Selain menggunakan papan tulis, aku suka menggunakan karton warna-warni yang berisi materi ajar kubuat sendiri di rumah. Karena tidak setiap kelas difasilitasi infokus, jadi aku menggunakan karton sebagai gantinya. Soal biaya, memang lebih. Tetapi, aku merasa lebih terbantu. Papan tulis lebih sering kugunakan untuk contoh soal secara langsung atau untuk menggambar bentuk poster atau karikatur orang yang sedang berdialog. Aku juga sering membuatkan tes kepada mereka, juga membuat daftar nilai secara terang-terangan. Ada juga siswa ini kumotivasi untuk belajar lebih, tidak hanya dalam pelajaranku, tetapi juga pelajaran lain. “Temukan minat dan bakat kalian sekarang, sebelum terlambat,” pesanku.

Sekarang sudah tiga tahun berlalu setelah PPL. Aku melihat memperhatikan beberapa anak didikku dulu sudah kuliah, bahkan sudah ada yang hampir selesai skripsinya. Aku senang melihat mereka yang berhasil hingga saat ini. Namun, sesaat sebelum Program Pengalaman Lapangan itu berakhir, aku merasakan bahwa menjadi guru adalah tugas yang berat. Melelahkan sekali. Aku harus pontang-panting memikirkan nilai siswa yang rendah dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum agar ia bisa setidaknya mendapatkan nilai serata dengan KKM. Terlebih, saat PPL, aku tidak menerima bayaran sepeserpun. Selain itu, menertibkan anak-anak yang bandel menjadi tantangan terberat buatku, di dalam kelas maupun di lapangan. Banyak anak-anak yang menganggapku dan rekan mahasiswa “hanya mahasiswa PPL” yang bisa mereka lakukan semena-mena. Aku menanggapinya dengan maklum, mereka masih kecil dan belum tahu dunia. Akan tetapi, jika kuteruskan, sepertinya aku tidak mau lagi. Sejak itu, aku tidak ingin menjadi guru lagi, walaupun setelah wisuda nanti gelarku Sarjana Pendidikan.

Sayangnya, tekad itu tidak berlangsung lama. Selepas wisuda, aku mencari pekerjaan lain, tetapi tidak ada yang awet. Berselang 4 tahun kemudian, aku mulai merasa bahwa tidak ada pilihan pekerjaan lain untukku yang sesuai dengan skill diluar mengajar. Akhirnya aku memantapkan diri untuk melamar ke sekolah-sekolah yang ada di kota Meulaboh, dan akhirnya aku diterima di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan. SMK adalah sekolah yang diluar ekspektasiku sebagai tempat bekerja, mungkin karena stereotip yang seringnya didengar di telinga kita, siswanya kebanyakan cowok dan bandel. Again, menertibkan anak merupakan tantangan terbesarku. Akan tetapi, aku bisa melaluinya perlahan.

Setelah menjadi guru di SMK itu selama kurang dari satu semester, aku pun mencoba mencari peruntungan di sekolah lain. Bukannya mencari tempat lain selain sekolah, justru aku malah mencari sekolah yang lain. Seorang senior menawarkanku ke sebuah pesantren setingkat SMP. Aku tak menyia-nyiakannya. Akupun melamar ke pesantren itu, dengan maksud menjadi guru Bahasa Inggris. Akan tetapi, aku justru dipanggil sebagai guru Bahasa Jepang. Awalnya aku ragu, akan tetapi, ini sebuah kesempatan bagiku untuk mengambil pelajaran baru dari pengalaman. Bagaimana jadinya jika aku mengajar bidang bahasa yang berbeda?

Pelajaran Bahasa Jepang sebagai Muatan Lokal di kurikulum pesantren itu membuatku banyak belajar. Aku merasa seperti siswa. Malam aku harus belajar dan mempersiapkan diri. Tidak hanya materi ajar per tema saja yang kupersiapkan, tetapi juga bagaimana nantinya caraku menjelaskan didepan kelas.

Selain itu, aku juga mengajar di sebuah les rumahan milik seorang rekan guru. Anak didiknya adalah anak-anak Madrasah Ibtidaiyah. Aku yang terbiasa mengajar level tinggi di MAN, SMK dan SMP, tantangan ini membuatku belajar lebih bagaimana agar aku bisa menangani mereka semua dengan baik.


Inilah yang sedang kujalani. Pengalaman hebat, yang membuatku bertemu dengan anak-anak yang cerdas dan anak-anak yang bandel. Mereka semua memberikanku ilmu, membuatku introspeksi dan terus bersemangat untuk memperbaiki diri dan terus belajar. Terima kasih buat semuanya, kalian luar biasa.
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html