Orang Batak itu keras, orang Padang itu pelit, orang Jawa
itu lamban. Penilaian seperti ini sepertinya sangat lumrah di dalam masyarakat
kita. Ya, penilaian seperti ini disebut dengan stereotipe. Seperti yang dikutip
dari Wikipedia, stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang yang hanya
berdasarkan persepsi terhadap kelompok mana orang tersebut dapat dikategorikan.
Ya, seperti tadi. Bisa jadi diantara kita punya teman atau tetangga orang
Padang atau sukunya Minang, kita langsung menilainya pelit karena yang kita
dengar orang Padang itu suka irit.
Suku yang lain, misalnya orang Batak yang terkenal
ngomongnya keras. Bukan suaranya yang keras, tapi nada bicaranya yang begitu
tegas, apa adanya dan nggak banyak basa-basi kalau ngomong alias to the point.
Kalaupun omongannya bikin kita nangis dan hati teriris, tapi itulah omongan
jujur mereka. Oleh karena itu mereka dianggap sebagai orang yang keras, apalagi
rata-rata suksesnya mereka pada jadi pengacara. Oh ya, memang kebanyakan orang
Batak sanggup teriak-teriak kencang dengan suara keras. Makanya suara mereka
laku banget di paduan suara gereja maupun di panggung hiburan.
Sumber gambar: pinterest.com
Menurut tayangan di Kokbisa, orang Jawa terkenal bicaranya
lemah lembut dan muter-muter. Hal ini karena kebanyakan orang Jawa dulunya
adalah kaum penguasa dan kerajaan, jadinya mereka tahu mengambil hati rakyat
dengan ucapan yang lemah lembut. Tapi bukan berarti kita bisa macem-macem sama
orang Jawa, walaupun lembut mereka nggak bisa ditindas, ya.
Suku lain yang asalnya dari negeri Tionghoa, yang sekarang
sudah ada dimana-mana, di negara manapun hingga adanya kota pecinaan di setiap
negara pun mempunyai stereotipe sendiri di negeri kita Indonesia. Kalau kita
ketemu dengan orang Tionghoa, yang terlintas dalam pikiran kita pasti ini orang
pedagang, kalau enggak ya pengusaha. Kalau dibilang tetangga kita yang Tionghoa
kalau dia kerjanya di kantor pemerintahan atau di tempat lain, pasti nggak
percaya. Padahal si tetangga kerjanya beneran jadi dosen di universitas.
Diantara 1370 suku bangsa di Indonesia, pasti ada saja
stereotipe yang melekat di masing-masing suku bangsa terhadap suku bangsa
lainnya. Tapi beneran, ya. Nggak adil rasanya cuma menilai seseorang hanya
berdasarkan suku bangsanya. Seperti tadi, misalnya kita punya tetangga orang
Padang, tapi nggak berarti juga dia pelit. Mungkin kita nggak tau ternyata dia
itu manusia paling dermawan yang ada di lingkungan kita.
Intinya, belum tentu teman atau tetangga yang kita kenal
dengan latar belakang suku tertentu itu mempunyai sifat sesuai dengan
stereotipenya. Bisa jadi, malah sebaliknya. Atau bisa jadi kita menemukan orang
pelit di suku-suku lainnya. Artinya, stereotipe itu nggak 100% benar seperti
yang dikabarkan. Kalau kita selalu menganggap suku ini begini orangnya atau
suku itu begitu orangnya, yang ada bikin tersinggung orang lain saja dan
memecah persahabatan. Lebih baik kita bersahabat dan saling mengerti satu sama
lain karena Indonesia ini raya. Sekian dan terima kasih.
0 comments:
Post a Comment