Banyak masyarakat berpikir bahwa produk yang didagangkan
oleh perusahaan bisnis jenis multilevel marketing atau network marketing
sebenarnya adalah produk murah yang kualitasnya sama dengan produk-produk yang
dipasarkan di kios dekat rumah kita. Apakah itu benar demikian?
Credit foto: 123rf.com
Anggapan itu muncul karena sistem bisnis MLM sering kali
dianggap mirip sistem piramida yang hanya menguntungkan distributor upline di
atas kita. Tapi, tunggu dulu. Sebenarnya sistem MLM yang “sehat” bukan
menggunakan model sistem piramida. Kalau sistemnya model piramida, tentu saja
cuma enak di upline, capek di downline. Ternyata bentuk sistemnya tidaklah
benar-benar demikian. Bentuk sebenarnya lebih cocok dikatakan seperti bentuk
jaringan yang dibangun sendiri oleh masing-masing anggota. Maksudnya, sistem
MLM yang sesungguhnya tidaklah membuat sukses siapa yang pertama bergabung,
melainkan membuat sukses siapa yang bekerja keras. Jadi, kalau downline-nya
rajin bekerja sedangkan upline-nya hanya duduk santai di kursi goyang saja, maka
downline-nya saja yang akan berhasil mendapatkan banyak uang, sedangkan
upline-nya tidak mendapatkan apa-apa.
Kemudian, anggapan tadi menjalar ke harga produk yang
ditawarkan. Memang, produk yang didagangkan perusahaan bisnis berbasis jaringan
cenderung lebih mahal ketimbang harga produk yang dijual di kios dekat rumah.
Tapi, bukan berarti harga mahal itu digunakan untuk memberi keuntungan yang
besar kepada anggota atau distributornya; atau memberi keuntungan kepada upline
atau orang yang pertama kali bergabung. Justru, seharusnya sistem MLM yang
sehat itu memberikan komisi kepada downline-nya yang bekerja keras. Juga,
produk yang ditawarkan oleh perusahaan MLM itu haruslah berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta mendapat sertifikat dari asosiasi bisnis sebagai
bisnis yang halal dijalankan.
Kembali lagi ke soal harga produk yang kita sangka mahal
tapi cuma buat keuntungan distributornya. Pada dasarnya, orang berjualan
haruslah mendapatkan keuntungan. Jika orang berjualan tidak mendapatkan keuntungan,
itu rugi namanya, dan bisa bangkrut owner-nya. Akan tetapi, harga produk yang
mahal bukan semata-mata untung yang besar buat distributornya. Kalau kita mau
menyelidiki proses pembuatan produknya mulai dari dengan bahan apa produk itu
dibuat hingga sistem pengemasannya mungkin pikiran kita akan sedikit terbuka.
Contohnya, sebuah produk minyak zaitun yang bahannya berasal
dari pohon zaitun. Pertama, kita harusnya berpikir kalau pohon zaitun itu
asalnya dan habitat lebih banyaknya ada dimana. Tentu saja, pohon zaitun susah
ditemukan di Indonesia, dan kebanyakan pohon zaitun hidup di tanah para bangsa
Arab. Kemudian, kita akan terpikir dengan penyulingan yang dilakukan pabrik
kebun pohon zaitun untuk diekstrak menjadi minyak. Lalu, dengan segala
pertimbangan dan riset yang dilakukan oleh peneliti perusahaan, tentu saja kita
akan terpikir bagaimana pengemasan terbaiknya agar minyak zaitun tersebut
kualitasnya tidak berkurang saat di ekspor ke negara-negara tujuan. Tentu saja
semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Credit foto: 123rf.com
Maka dari itu, sesungguhnya produk yang ditawarkan
perusahaan berbasis jaringan bukanlah produk asal-asalan. Produk yang
ditawarkan mereka berkualitas tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan
beberapa perusahaan MLM dengan sistem yang sehat memberikan demo produk kepada
anggota barunya sendiri secara gratis untuk dipakai atau dikonsumsi. Selain
itu, ada juga yang memberi jaminan atau asuransi jika produk yang digunakan
membuat pelanggan keracunan hingga meninggal. Hanya saja, pasti urusannya
ribet. Buat kamu yang sudah membaca ini, semoga kamu tahu tentang sesuatu. Buat
kamu yang ingin bergabung di perusahaan MLM, carilah perusahaan dengan sistem
yang “sehat” dan bermanfaat. Sekian dulu, dan terima kasih.
0 comments:
Post a Comment