Sunday, February 19, 2017

Apa Itu Code-Switching?

Orang Indonesia pada umumnya bilingual, yang artinya bisa berbicara dalam dua bahasa. Bisa jadi satu orang bisa berbicara Bahasa Indonesia dan Bahasa Aceh, satu orang lagi bisa bicara Bahasa Minang dan Bahasa Indonesia. Bahkan, di keluarga yang lebih moderen, satu orang bisa multilingual dengan kemampuan berbicaranya lebih dari dua bahasa; Bahasa Indonesia, Bahasa Minang, Bahasa Batak, dan Bahasa Inggris. Orang bilingual dan multilingual sering sekali berganti bahasa saat sedang berbicara, bahkan masih dalam satu topik obrolan. Fenomena berganti-gantinya bahasa yang digunakan oleh orang yang sedang berbicara ini dalam istilah ilmu linguistik disebut dengan code-switching.

Pengguna code-switching ini sudah jelas adalah orang yang bisa bicara dua bahasa atau lebih. Di Indonesia, kita sering menemukannya karena masing-masing daerah di Indonesia punya bahasa daerahnya masing-masing. Selain itu, code-switching bisa kita jumpai saat berbicara dengan teman kita yang blasteran atau pindahan dari negara lain. Misalnya, ada bule ganteng atau oppa imut kayak artis Korea yang tinggal di lingkungan rumah kita. Bisa jadi mereka bisa bicara bahasa ibu mereka (si bule berbahasa Inggris, si artis Korea gadungan pasti ngomong Korea) dan Bahasa Indonesia. Dan saat kita (yang mengerti atau sedang belajar bahasa Inggris dan Korea) ngobrol dengan mereka, bisa jadi secara nggak sengaja akan terjadi code-switching saat mengobrol.

credit photo: Google Sites

Mungkin kita pernah mendengar teman kita berbicara seperti ini. “Don’t forget bawa hijabnya besok, ya? Nanti aku ajarkan gimana cara pakainya.” Anggap saja teman kita bicara pada teman kita yang lainnya soal pakai hijab yang gaya, dan kita secara nggak sengaja mendengarnya. Saat kita mendengarnya, kita pasti akan memperhatikan frase Bahasa Inggris yang diucapkannya. Kalau bagi yang mengerti dan biasa menggunakan Bahasa Inggris, mungkin tidak akan terdengar masalah. Tapi, bagi orang yang tidak mengerti Bahasa Inggris atau mengerti tapi jarang menggunakannya, maka frase “don’t forget” itu akan menjadi perhatian utama. Mungkin malah ada yang bertanya “apa?” untuk meminta si teman untuk mengulangi kata-katanya dengan bahasa yang lebih dimengerti: jangan lupa.

Code-switching antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris seperti contoh diatas lebih sering dijumpai di kalangan mahasiswa bahasa atau kalangan orang-orang yang bekerja di perusahaan multinasional. Di luar Indonesia, fenomena ini juga sering sekali terjadi apalagi di negara-negara yang memang menggunakan dua bahasa sebagai bahasa nasionalnya seperti di Malaysia, Filipina dan India.

Menurut Paul dalam tayangan di Langfocus, fenomena code-switching ini biasanya tidak bisa diprediksi, seperti kita bertukar bahasa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Orang-orang bisa berganti bahasa dalam suatu obrolan bahkan dalam satu kalimat. Misalnya, saat teman kita sedang kesulitan dengan sinyal hapenya, tanpa pikir panjang kita akan bilang, “coba dicek dulu setting-annya”. Kata setting sudah jelas adalah kata dari Bahasa Inggris yang kita gunakan dalam kalimat Bahasa Indonesia yang kita ucapkan. Bahkan kita tidak benar-benar memikirkan kata yang kita pilih sesaat sebelum mengucapkannya.

Dalam code-switching, biasanya kita memakai bahasa yang dominan kita pakai sebagai bahasa pengantar kita saat berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya, Bahasa Indonesia adalah bahasa dominan kita. Dalam ilmu linguistik, bahasa yang dominan digunakan saat berbicara disebut dengan matrix language. Sementara itu, kita menggunakan kata, frase, bahkan menggunakan kalimat dalam bahasa lain saat berbicara dalam Bahasa Indonesia tersebut. Jika kosakata setting yang kita gunakan dalam obrolan tadi adalah Bahasa Inggris, maka Bahasa Inggris adalah bahasa tambahan kita. Dalam ilmu linguistik, istilahnya adalah embedded language. Jadi, kalau ucapan “coba dicek dulu setting-annya” dijabarkan, maka “coba dicek dulu” yang dalam Bahasa Indonesia ini disebut matrix language, sedangkan kosakata Bahasa Inggris “setting” adalah embedded language, dan terakhir, akhiran “-an” dan “-nya” yang berasal dalam Bahasa Indonesia jelas adalah matrix language.

Sedikit banyak, sekarang kita mengerti soal fenomena code-switching. Memang, jika kita membahas soal bahasa, tidak akan ada habisnya apalagi buat yang memang minat banget dengan ilmu bahasa dan ilmu linguistik. Di postingan selanjutnya akan dibahas tentang mengapa orang melakukan code-switching. Sekian dulu, semoga menambah pengetahuan kita, jangan lupa bagi-bagi ilmunya sama teman, dan terima kasih.

0 comments: