Di postingan sebelumnya, kita sudah membahas tentang apa itu
code-switching, yang ternyata tanpa
kita sadari kita lakukan sehari-hari. Tentu saja, ada alasan mengapa
orang-orang atau kita sendiri melakukannya. Mungkin kitanya sih, nggak sadar ya
kenapa kita melakukannya tapi kita lakukan begitu saja. Dari tayangan Langfocus
yang dibawakan oleh Paul, kita bisa menyimpulkan beberapa alasan mengapa orang
melakukannya.
Alasan pertama orang melakukan code-switching adalah untuk membicarakan soal rahasia. Ketika kita
ingin membicarakan sebuah rahasia, namun ada orang lain yang ada di sekitar
kita dan kita tidak ingin mereka mendengarnya, kita akan mengubah bahasa kita
dengan bahasa lain yang mungkin tidak semua orang mengerti. Misalnya, kita
awalnya ngobrol pakai Bahasa Indonesia dengan teman kita, lalu karena kita dan
teman kita bisa bicara Bahasa Sunda dan topik yang kita bicarakan makin
sensitif, kita mengubah bahasa pengantar kita dari Bahasa Indonesia menjadi Bahasa
Sunda.
Sebaliknya, kita berganti bahasa juga karena ingin orang
lain mengetahui apa yang sedang kita katakan. Misalnya, awalnya kita bicara
dengan Bahasa Aceh dengan kawan di sebelah kiri kita. Kemudian, kawan di
sebelah kanan kita adalah siswa pindahan dari Padang yang tidak mengerti Bahasa
Aceh. Otomatis, karena dia nimbrung dalam obrolan dan tidak sopan jika kita
cuekin saja, kita mengubah bahasa obrolan dari Bahasa Aceh ke Bahasa Indonesia
yang dimengertinya.
Alasan selanjutnya adalah untuk mengekspresikan sesuatu yang
menjadi bagian dari identitas orang. Hal ini bisa jadi diucapkan oleh orang si
pemilik identitas itu atau lawan bicara si pemilik identitas itu. Misalnya, ada
seorang koki asal Italia yang bekerja di Indonesia. Koki itu bisa bicara Bahasa
Indonesia dan Bahasa Italia. Lalu, ada seorang pelanggan orang Indonesia
restorannya yang memuji masakannya dengan kalimat, “Chef, pizza buatanmu numero
uno! Enak banget!”. Dari kalimat itu kita bisa mengidentifikasi kosakata
Bahasa Inggris “chef” yang berarti
koki yang merupakan panggilan untuk si koki Italia. Kata itu jelas menyatakan
identitas si koki sebagai koki. Kemudian, kita menemukan frase “numero uno” yang artinya nomor satu
dalam Bahasa Italia. Mungkin dengan frase ini si pelanggan ingin membuat si
koki merasa bangga atas identitas asal Italianya.
Alasan yang lain adalah untuk mengekspresikan gagasan yang
tidak bisa diekspresikan dalam bahasa dominan yang sedang digunakan saat
mengobrol, sehingga menggunakan kosakata dan kalimat bahasa lain agar pesannya
tersampaikan dengan mudah. Hal yang seperti ini biasanya bisa kita jumpai pada
orang yang hanya bisa mengerti Bahasa Indonesia tetapi tidak bisa berbicara
banyak dalam Bahasa Indonesia. Misalnya orang yang tinggal jauh di pedalaman
daerah yang penggunaan bahasa daerahnya sangat kental bahkan sangat langka
ditemukan penggunaan Bahasa Indonesia. Sehingga orang-orang tersebut
menggunakan bahasa daerahnya sebagai matrix
language dan hanya menggunakan beberapa kosakata Bahasa Indonesia sebagai
pendukungnya.
Alasan selanjutnya adalah untuk mengulangi kata dalam dua
bahasa yang berbeda dengan maksud sebagai penegasan. Contoh yang ini sering
kita jumpai di kelas saat belajar Bahasa Inggris atau Bahasa Arab. Ketika ingin
menginstruksikan siswanya untuk mengerjakan tugas latihan, guru kita biasanya
menggunakan bahasa asing yang kita pelajari dahulu, kemudian beralih bahasa
menjadi Bahasa Indonesia dengan makna kalimat yang sama. Ucapannya menegaskan
agar semua siswa mengerjakan tugas yang diinstruksikan.
Lalu, alasan yang terakhir adalah hanya untuk sebuah
candaan. Candaan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa sering kita jumpai,
misalnya sebuah kalimat dalam bahasa daerah yang maknanya lucu, sementara itu
kita membicarakannya dalam Bahasa Indonesia.
0 comments:
Post a Comment